Jalan-Jalan ke Semeru


Dream Come True Bukankah hidup ini indah dan menyenangkan? Surga bagaikan ada di bumi, apapun yang kita inginkan bisa tercapai.


Bunga Liar Warna Ungu

Beberapa bulan yang lalu tanpa intensi dan keinginan berlebih saya katakan pada seorang teman bahwa saya ingin datang ke padang bunga ungu yang terletak di kaki Mahameru. Nama tempat itu Oro-Oro Ombo, padang rumput seluas 20 hektar yang berada di ketinggian 2400 mdpl. Yang membuat padang rumput ini menarik adalah semak berbunga ungu yang mekar tiap Mei-Agustus. Banyak pendaki mengira tumbuhan tersebut adalah lavender, tapi nyatanya bukan. Tumbuhan ini adalah Verbena brasiliensis, vell semak tahunan setinggi 1,5-2 meter yang berasal dari Amerika Selatan. Kabarnya tumbuhan berbunga ungu kecil-kecil ini masuk ke pulau Jawa pada masa kolonialisme, seorang ahli botani Belanda mendatangkan tumbuhan tersebut dan hingga kini luas sebarannya sebanyak 1/5 wilayah Semeru. Keindahan Oro-oro Ombo sering menarik minat pendaki untuk berhenti dan foto-foto karena hamparan Verbana brasiliensis membuat kesan seperti sedang berada di luat negeri. Saya sendiri membayangkan seperti sedang berada di Swiss (padahal belum pernah ke kesana..) siapa tahu suatu hari nanti bisa ke Swiss beneran, yaa kaan!? Siapa tahu! Lumayan lah bisa bantu buat visualisasi suasana disana. *Lol*



Berangkat ke Semeru

Kalender di akhir Mei 2014 indah banget. Siapa sih yang gak tergoda buat bolos kantor dan jalan-jalan? Saya dan 7 orang teman lainnya termasuk orang yang mudah tergoda, tanggalan merahnya minta banget buat dipake jalan-jalan!! Perjalanan ini sudah direncanakan dari sebulan sebelumnya, di hari H kami semua sudah siap dengan alat pendakian masing-masing.

Ini pertama kalinya saya naik gunung, jalan jauh sambil bawa tas carrier besar dan berat. Baru sampai stasiun Pasar Senen bahu saya udah kesemutan dan tangan mati rasa. Rasanya pengen batalin pendakian, sampai di Malang nginep di hotel aja. Saya serius waktu bilang pengen nginep di hotel, tapi teman-teman nganggap saya bercanda. Hufft.

Semeru terletak di wilayah kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Untuk sampai ke Semeru, kota terdekat yang bisa singgahi adalah Malang karena kota ini cukup besar dan memiliki stasiun kereta serta bandar udara. Kalau saya memilih naik kereta Matarmaja, lama perjalanan Jakarta - Malang memakan waktu sekitar 16 jam. Lama di jalan yah, tapi itu dia, saya tipe orang yang (sedang belajar) menikmati proses. Esensi dari bepergian adalah di perjalanan, bukan tempat tujuan. Ini juga yang jadi alasan saya tetap senang walaupun kereta berjalan lamban. Karena naik kereta ekonomi artinya mesti ngalah sama kereta eksekutif, dikit-dikit disalip. Yang penting tetap ceria sambil tertawa bareng teman-teman seperjalanan.

Semeru adalah gunung yang sudah ramai didaki. Beberapa pendaki gunung garis keras menganggap Semeru adalah tempat wisata, bukan alam liar yang menggetarkan. Kata teman yang sudah expert naik gunung, trek di Semeru tergolong mudah didaki, sudah ada path yang jelas dan banyak pendaki jadi kita tidak mudah tersesat. Tapi buat saya yang baru pertama naik gunung rasanya setengah mati menedaki di Semeru. Kalau soal Semeru itu gunung wisata saya setuju, disepanjang jalan banyak pedagang yang jual air dan nasi bungkus. Gak usah takut kekurangan makan atau minum, karena pedangannya ada sampai di atas gunung. Nasi bungkus standar isinya nasi, telur, tempe dan mie. Isi bisa berbeda-beda tergantung kreativitas penjual. Hasil pantauan saya waktu itu pedagangnya juga ada sampai di Cemoro Kandang (setelah pos 4). Yang penting siapin duit yang banyak karena harga di atas gunung berkali lipat, tapi tetep harganya reasonable koq. Kalau capek bawa carrier gak usah ngeluh, ada jasa porter yang siap bawain carrier berat kita kemana pun kita mau, bahkan siap juga nunjukkin jalan, yang penting siapin aja duitnya sekitar 150-200 ribu perhari. Kalau di perjalanan udah gak kuat jalan kita juga gak perlu khawatir karena ada ojeg yang siap sedia mengantar kita. Khusus ojeg ini bisa kita temui di trek Ayak-Ayak. Tapi jangan terlalu seneng, karena ojek ini cuma mengantar setengah perjalanan saja. Sisanya tetep modal kaki sendiri.


Trek Ayak-Ayak

Ada banyak jalan menuju puncak. Trek Ayak-Ayak ini ibaratnya jalan belakang ke Semeru. Jalur ini berujung di danau Ranu Kumbolo. Cuma sedikit pendaki yang lewat sini dan lebih banyak digunakan oleh peduduk lokal. Dulu jalur ini dibuka untuk umum, tapi sekarang sudah ditutup. Walau sudah jadi jalur non-resmi, beberapa pendaki memilih lewat Ayak-Ayak karena bebas biaya administrasi. Jalur disini kabarnya lebih pendek daripada trek resmi, namun tantangannya tidak mudah. Lewat jalan ini cuma ada dua rasa, yaitu tanjakan terus dan turunan terus. Saya melewati jalur ini ketika turun gunung. Dari Ranu Kumbolo kita ambil jalur yang mengarah ke utara, melewati padang rumput luas dan mengitari bukit-bukit. Awalnya jalan landai karena yang dilewati padang rumput, yang ini sih aman. Setelah itu siapin kaki karena rutenya mengitari bukit membuat kita harus terus-menerus menghadapi tanjakan. Kalau mau lebih mudah bisa cari kayu di tengah jalan yang bisa menolong berjalan. Kita terus jalan mendaki sampai menemui trek seperti undakan tangga, teruuuuss aja sampai akhirnya ketemu wilayah datar (saya sebut itu ujung tangga) yang viewnya cantik karena kita bisa melihat lembah dan puncak gunung diseberangnya. Setelah itu jalan menurun terus dan kita berpijak di tanah yang teksturnya pasir berdebu. Perlu pakai masker atau kain untuj menutupi hidung supaya ga kemasukan debu, karena setiap kita melangkah pasti membuat pasir dan debu beterbangan.

Yang seru dari trek Ayak-Ayak adalah tersedianya jasa ojeg yang siap mengantar dari dan ke Ranu Pani, tarifnya 30ribu rupiah. Tapi meskipun ada ojeg kita tetap harus bersakit-sakit dulu, betis berkonde-konde dulu, pinggang bergoyang-goyang dulu *loh...?* karena ojegnya gak full sepanjang perjalanan. Cuma sepanjang trek yang available dilalui motor. Dan untuk mengenali tukang ojeknya juga lumayan gampang, mereka biasanya terlihat berdua atau bertiga (ada juga yang sendiri) nongkrong di pinggir jalur pejalan sambil bikin api kecil dengan motor agak disembunyiin diantara semak. 

Saya merasa bersyukur lewat jalur ini karena di perjalanan berangkat dan pulang saya bisa menyaksikan pemandangan berbeda. Walaupun berbeda tapi tetap sama cantiknya. Sepanjang jalan kita melewati jurang di sebelah kiri dan tebing di sebelah kanan. Ciamik *yet scary*. Apalagi pemandangannya sore-sore pas sunset, sungguh matahari terbenamnya keren banget. Melihat matahari terbenam di Ayak-Ayak adalah salah satu sore terindah yang pernah saya alami.


How to Get to Semeru?

Buat jalan-jalan yang terasa backpacker-nya, disaranin untuk naik kereta. Dari sisi ekonomis, naik kereta memang murah apalagi kereta ekonomi yang masih dapet subsubsidi dari pemerintah. Tapi tentu saja makan waktu lumayan lama, kita bisa  nikmatin satu kali sunset dan sunrise selama perjalanan di kereta. Dari Jakarta pemberhentian pertama adalah stasiun Malang, lalu lanjut perjalanan ke Tumpang yang jauhnya sekitar 30-45 menit dari Malang. Perjalanan ke Tumpang bisa menggunakan transportasi umum yaitu angkot atau sewa mobil. Kenapa harus ke Tumpang? Karena disana tempat mangkalnya jeep yang mengantar ke desa terdekat yaitu Ranu Pani, yang merupakan gerbang pendakian ke Semeru. Kendaraan yang biasa mengantar para pendaki ke Ranu Pani cuma ada dua jenis, yaitu jeep dan truk. Ada juga sih pendaki atau wisatawan yang naik mobil biasa. Sah-sah aja, asal ada mobilnya. 

Biaya naik jeep ini sekitar 400-500 ribu. Cuma ada kendaraan jeep yang menuju kesana. Satu jeep optimalnya menampung 6 orang, kalo kelebihan siap-siap aja jadi pepes. Kalau jumlah team lebih banyak bisa sewa truk yang muat sekitar 15 orang, dan kalau kamu sendiri juga ga usah sedih. Cari aja pendaki lain yang bisa ditebengin naik jeep. Jeep ini juga bisa kita sewa buat pulang pergi, tinggal janjian aja sama supirnya kapan kita turun dan para supir ini juga murah hati untuk membagi nomor handphone mereka. Lama perjalanan naik jeep ini sekitar 1-2 jam melewati jalanan yang aspalnya gak pernah diperbaiki sejak zaman pak Harto. Di beberapa tempat ada jalanan yang rusak parah dan guncangannya terasa lebih dahsyat daripada ngedenger kabar pacar selingkuh sama temen deket. Ini dia makanya kenapa kendaraan yang tersedia jeep dan truk. Karena mobil biasa bakal susah melewati jalur ini. Apalagi kalo mobilnya ceper *wassalam aja* 

Percayakan saja perjalanan kamu sama sang sopir yang sedang bekerja, mereka umumnya adalah warga asli sana yang sudah bertahun-tahun melintasi jalur tersebut, perjalanan siang atau malam sama saja bagi mereka. Bahkan sopir jeep yang saya temui lebih gokil lagi, saat pulang sebelum mengantar kami menuju terminal terdekat dia baru saja minum bir. Yang saya liat sih dia minum sebotol, yang ga saya liat ga tau berapa. Alhasil selama perjalanan saya berdoa keras-keras, walaupun ternyata pak supir bisa membawa jeepnya dengan mulus.

Mulai mendaki

Komentar